Seiring dengan berjalannya waktu,
perkembangan teknologi di dunia ini mengalami banyak sekali kemajuan.
Semakin banyak hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, ternyata bisa
menjadi kenyataan saat ini.
Fluida Superkritik
Teknologi yang melibatkan fluida
superkritik bukanlah suatu hal yang terlalu baru, bukan juga teknologi
yang aplikasinya sudah seumuran fluida fasa padat, cair atau gas. Fluida
superkritik sudah dikenal sejak sangat lama oleh para ilmuwan, namun
penerapannya baru mulai gencar pada 3 dekade terakhir.
Fasa fluida yang selama ini kita kenal
ada tiga, yaitu padat, cair dan gas. Fluida superkritik punya jenis fasa
yang cukup unik, fluida ini memiliki sifat pertengahan antara cair dan
gas. Fasa fluida semacam ini akan dapat diperoleh saat fluida tersebut
berada di atas titik kritiknya (Gambar 1). Titik kritik suatu fluida
adalah temperatur dan tekanan paling tinggi di mana fluida tersebut
masih dapat mepertahankan kesetimbangan fasa gas dan cairnya. Di atas
titik inilah fluida bisa berubah fasa menjadi bukan gas ataupun cair,
disebut dengan fluida superkritik.
Gambar 1. Diagram Fasa (sumber: http://www.separex.fr/processDevelopment.php)
Sifat fluida ini memiliki gabungan, baik
dari sifat cair ataupun gasnya. Berat jenisnya mirip dengan berat
jenisnya pada fasa cair, sementara viskositasnya mirip dengan
viskositasnya pada fasa gas. Difusifitas fluida ini berada di antara
fasa gas dan cairnya. Perubahan perlahan-lahan sifat suatu fluida menuju
fasa superkritiknya dapat dilihat pada Gambar 2. Sifat-sifat ini
menjadikan fluida superkritik mampu menembus materi padat lebih cepat
dibanding pelarut cair (kemampuan penetrasi baik layaknya gas) namun
tetap memiliki kemampuan sebagai pelarut seperti layaknya cairan. Sifat
unik inilah yang akhirnya menarik banyak ilmuwan dan insinyur mencoba
mengaplikasikan fluida superkritik dalam berbagai bidang.
Gambar 2. Ilustrasi Perubahan Fasa Fluida Superkritik (sumber: http://www.sps.aero/Propulsion_Program/MFC_Production.htm)
CO2 Superkritik
Salah satu fluida yang paling banyak dimanfaatkan pada kondisi superkritiknya adalah CO2. Zat ini banyak digunakan terutama dalam salah satu proses pemisahan yaitu ekstraksi. CO2 superkritik (scCO2)
bersifat selektif pada proses pemisahan, bersifat ramah lingkungan dan
tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Saat ini, banyak kali penggunaan
pelarut dalam industri sangat dibatasi akibat sifatnya yang cenderung
toksik, sehingga, munculnya CO2 superkritik seolah-olah menjadi jalan keluar bagi masalah ini. Selain ramah bagi lingkungan dan tidak bersifat toksik, CO2 juga tidak mudah terbakar sehingga lebih aman digunakan. Kelebihan lain dari CO2 adalah titik kritiknya yang relatif rendah (Tc = 31,3oC dan Pc = 72,9 atm) dibandingkan dengan zat lain seperti air.
Ekstraksi dengan scCO2 dapat dilakukan baik secara batch ataupun kontinyu. scCO2 sebagai pelarut dikontakkan dengan material yang diinginkan. Pelarut scCO2
“menarik” material tersebut hingga larut dan terpisah dari pelarut
awalnya. Campuran ini kemudian diekspansi sampai kondisi atmosfer
sehingga material yang diinginkan terpisah dari CO2 dan CO2 dapat digunakan kembali sebagai pelarut. Prinsip ini berlaku baik pada saat ekstraksi batch ataupun kontinyu.
Hingga saat ini, aplikasi ekstraksi dengan menggunakan scCO2
sudah merambah dari mulai di industri makanan sampai di indsutri
farmasi. Contoh aplikasinya antara lain, ekstraksi kafein, ekstraksi dan
fraksionasi minyak dan lemak makanan, hingga pemisahan tokoferol dan
antioksidan lainnya.
Aplikasi fluida superkritik bukan hanya
dalam proses pemisahan, namun masih banyak aplikasi lain seperti
katalis, produksi material plastik, hingga sebagai fluida pembersih.
Penasaran dengan aplikasi-aplikasi lainnya?
Oleh: Maria Anindita N
Sumber:
Mohamed, Rahoma S. and Mansoori, G. Ali. The Use of Supercritical Fluid Extraction Technology in Food Processing. Food Technology Magazine. The World Markets Research Centre, London, UK. June 2002.
Teledyne Isco, Inc. Supercritical Fluid Applications in Manufacturing and Materials Production. Syringe Pump Application Note AN1. August, 2007.
Widodo, Mohamad.Celup Tanpa Air?.Artikel Majalah Online ThinkTextile.2009.http://hiq.linde-gas.com/international
0 comments:
Posting Komentar